Sampah di Indonesia terus Meningkat, Kita Harus Apa?

Suci Rachmawati
6 min readMar 4, 2021

Pada dasarnya sampah adalah suatu material yang sudah tidak bisa dipakai dan harus dibuang. Umumnya, sampah berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia atau dengan kata lain ya manusia lah yang memproduksi sampah. Saat ini sampah dan limbah telah menjadi permasalahan dunia, masalah tentang sampah sangat terkait dengan pertambahan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan pola konsumsi masyarakat.

Lalu, apa yang terlintas dipikiran Anda ketika mendengar kata sampah? Hmm kalau saya, yang terlintas pertama kali adalah sampah itu bau dan kotor. Iya, mau apapun bentuknya yang namanya sampah ya pasti sesuatu yang dipandang “jelek” oleh kebanyakan orang termasuk saya. Tapi, cara pandang saya kemudian berubah ketika pada tahun 2020 lalu diminta untuk support program lingkungan yang fokusnya adalah pengelolaan sampah organik dan non organik di daerah Banten tepatnya di salah satu desa dekat dengan muara sungai Cisadane. Awalnya saya merasa enggan untuk terjun karena ketika disuguhkan foto-fotonya saja sudah membuat saya menelan air liur dan mbatin kapok, piye iki carane ngurus sampah?”. Bagaimana tidak, di sana sudah menjadi “pantai sampah” dan bahkan saking tebal dan padatnya bisa untuk menopang tubuh manusia yang berdiri di atasnya (lihat pada gambar).

dokumentasi (2020)

Perlahan, cara pandang saya mulai berubah ketika terlibat dalam program tersebut bahwa ternyata sampah bisa memberikan dampak yang baik untuk ekonomi masyarakat. Namun harus saya akui juga bahwa hingga saat ini saya masih belum bisa berbuat banyak, belum bisa terus menggerakkan orang banyak agar aware dengan persoalan sampah. Tapi, semoga melalui tulisan ini bisa menjadi pengingat untuk kita bahwa kita tidak bisa berlaku seenaknya (re: buang sampah sembarangan) dan membiarkan sampah-sampah tersebut menumpuk dan memberikan dampak negatif ke masyarakat luas.

Artikel ini ditulis sebagai bentuk refleksi diri dalam memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tanggal 21 Februari lalu. Data-data yang ada dalam artikel ini merupakan pengingat bahwa sudah saatnya kita ambil peran agar tujuan HPSN bisa tercapai.

Apa tujuan HPSN?

Dikutip dari artikel Pusat Informasi Lingkungan Indonesia, HPSN memiliki 3 tujuan yaitu:

  1. Memperkuat komitmen dan peran aktif pemerintah daerah dalam melaksanakan pengelolaan sampah dengan menjadikan sampah sebagai bahan baku ekonomi
  2. Memperkuat partisipasi publik dalam upaya menjadikan sampah sebagai bahan baku ekonomi dengan gerakan memilah sampah
  3. Memperkuat komitmen dan peran aktif produsen dan pelaku usaha lainnya dalam implementasi bisnis hijau (green business) dengan menjadikan sampah sebagai bahan baku ekonomi.

Dari 3 tujuan tersebut sudah terlihat jelas ya bahwa persoalan sampah harus melibatkan banyak elemen dan tentunya masing-masing elemen harus benar-benar menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Buat saya, simple-nya adalah kurang-kurangin konsep saling menyalahkan! Masih banyak hal yang bisa kita lakukan daripada menyalahkan “ini kan bukan salah saya, ini harusnya tugasnya A-B-C-dst” atau “coba aja dulu seperti ini…” atau malah “harusnya tuh gini..” Menurut saya sudah seharusnya kita tidak lagi menjadi individu yang senang blaming others. Just do what you can do, enough.

Kenapa sampah jadi salah satu isu penting?

Berbicara tentang sampah sudah pasti akan sering bersinggungan dengan konsep sustainability. Isu ini menjadi penting karena I don’t know if I should say this but ya semakin lama kondisi planet ini semakin memburuk. Contoh yang mungkin bisa relate dengan banyak orang saat ini adalah soal banjir. Bisa dilihat kan di Indonesia sendiri saja banyak daerah-daerah yang tadinya belum pernah banjir sekarang jadi kena dampak. Banjir kan tidak hanya disebabkan oleh sampah? Iya betul, tapi sampah juga punya peran terhadap banjir, kan? Itu baru dari sisi lingkungan, kalau dari sisi kesehatan dll. mungkin bisa lain lagi ceritanya.

Salah satu hal yang cukup membuat saya tercengang adalah ketika membaca artikel dari BBC News yang menyebutkan bahwa pada tahun 2024 mendatang diperkirakan ada sampah plastik sebanyak 1,3 miliar ton yang akan mencemari daratan dan lautan dunia. Pada artikel tersebut juga dituliskan bahwa tidak ada ”solusi tokcer” untuk mengatasi sampah plastik dan masih banyak orang yang tidak memiliki akses pada pengolahan limbah yang layak.

Berapa banyak sampah yang ada di Indonesia?

Dikutip dari artikel Detik.com, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan bahwa pada tahun 2020 jumlah timbunan sampah di Indonesia sudah mencapai 67,8 juta ton dan angka ini bisa jadi akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Banyak banget, kan? Ada data yang bisa kita lihat mengenai pengelolaan sampah nasional (lihat pada gambar).

Capaian Kinerja Pengelolaan Sampah

Bagaimana dengan kondisi sampah selama pandemi Covid-19?

Dikutip dari artikel Kementerian Kesehatan, selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan jumlah limbah medis yang cukup signifikan yaitu sekitar 30–50%. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup hingga 15 Oktober 2020 terdapat 1.662,75 ton limbah medis akibat pandemi Covid-19 di Indonesia. Bagaimana tidak, selama pandemi konsumsi plastik sekali pakai terlihat cukup meningkat mulai dari perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) maupun perlengkapan medis lainnya seperti masker, sarung tangan, alat suntik, dll. Terlebih saat terjadi kelangkaan APD di masa awal pandemi, tidak jarang para tenaga kesehatan sampai menggunakan kantong plastik biasa hingga jas hujan sebagai perlengkapan medis mereka.

Apa upaya pemerintah dalam menangani permasalahan sampah di Indonesia?

Tentunya ada beragam upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangani permasalahan sampah di Indonesia, mulai dari kegiatan yang sifatnya adalah kampanye/sosialisasi tentang kondisi sampah saat ini dan bahayanya untuk jangka panjang hingga membentuk program-program yang fokus kegiatannya adalah untuk pengelolaan sampah.

Dikutip dari artikel VOA Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) secara bertahap akan membangun fasilitas pengelolaan limbah B3 bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas penanganan limbah Covid-19. Saat ini terdapat 117 rumah sakit yang memiliki izin pengelolaan limbah B3 dengan menggunakan incinerator (alat pembakaran limbah padat) dengan kapasitas total 71,53 ton per hari.

Apakah ada upaya lain?

Tentu ada. Salah satu upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk Bank Sampah. Sistem Bank Sampah terbukti bisa berjalan dan dapat membantu pengelolaan sampah. Bank Sampah bisa dibentuk mulai dari yang sifatnya swadaya/ komunitas hingga menjadi bagian unit usaha BUMDes. Bank Sampah memiliki pertumbuhan yang positif dari tahun 2014–2018 (lihat gambar). Tidak hanya pertumbuhannya yang positif, dikutip dari artikel Katadata Bank Sampah juga memiliki kontribusi positif terhadap pengurangan sampah nasional sebesar 1,7% atau setara dengan 1,4 juta ton sampah per tahun. Tidak hanya itu, Bank Sampah juga berkontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Ada sebanyak 163.128 orang yang bekerja di Bank Sampah dan sebanyak 49% pekerja Bank Sampah adalah ibu rumah tangga.

Jumlah Bank Sampah di Indonesia

Membentuk Bank Sampah perlu effort yang besar karena harus kolaborasi dengan berbagai pihak. Bagaimana dengan upaya yang bisa dilakukan sendiri atau scope yang lebih kecil?

Ya, jika Bank Sampah adalah upaya yang membutuhkan kolaborasi dengan beberapa pihak, maka buat Anda yang baru ingin memulai maka bisa dengan “mengontrol diri”. Lah, maksudnya apa? Maksudnya, kita harus bisa bijak dalam membeli atau menggunakan sesuatu. Misal, disadari atau tidak pakaian itu juga nantinya akan berakhir pada tempat pembuangan sampah lho. Jadi, kalau kita sedang tidak perlu/butuh membeli pakaian baru maka kita tidak harus membelinya. Contoh lainnya, jika kita ingin belanja ke pasar/ supermarket kita bisa membawa tas belanja sendiri yang terbuat dari material yang bisa digunakan berkali-kali, tujuannya untuk meminimalisir konsumsi plastik belanja atau yang lebih sederhananya lagi jika kita bepergian, kita bisa membawa botol minum sendiri yang juga bisa digunakan berkali-kali agar kita bisa meminimalisir konsumsi botol plastik sekali pakai. Mungkin ini sudah sering Anda dengar tapi apakah sudah benar-benar kita lakukan?

Perubahan besar selalu diawali dari langkah terkecil

Upaya-upaya diatas memang dibuat sangat personal, karena menurut saya langkah yang paling mudah untuk dilakukan adalah dengan memulai dari diri sendiri. Salah satu langkah untuk mengurangi sampah khususnya plastik adalah dengan mengurangi konsumsi produk plastik — mengurangi pertumbuhan produksi — memunculkan inovasi produk dan kemasan yang bisa didaur ulang.

Selamat Hari Peduli Sampah Nasional!

Semoga Indonesia bisa berjalan ke arah yang lebih baik sehingga bisa menciptakan kondisi yang lebih baik juga.

--

--

Suci Rachmawati

Medium is a medium for myself-contemplation. I will share stories about agriculture, career life, life lessons, and personal story/ development.